Mahasiswa LSPR Gelar Hari Aksi Peduli Pemanasan Global

Dalam rangka memperingati Hari Aksi Peduli Pemanasan Gobal Internasional yang jatuh pada 24 Oktober, The London School of Public Relations (LSPR) Climate Change Champion Club mewakili Indonesia ambil bagian dalam event Action 350 yang dilaksanakan secara global.

Action 350 adalah aksi seluruh dunia untuk mengajak para pemimpin dunia untuk bersama-sama mengurangi kadar CO2 di atmosfer yang sudah mencapai 387 ppm sampai di bawah 350 ppm.

Rizka Septiana, Media Relations Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi LSPR Jakarta, Selasa (20/10), menjelaskan event yang digelar LSPR Climate Change Champion Club itu sudah terdaftar di dunia international. Para mahasiswa yang bergabung dalam klub itu mengagendakan dua kegiatan.

Kegiatan pertama adalah workshop dari Bodyshop pada 22 Oktober pukul 10.00-12.00. PAda acara puncak, Sabtu (24/10) pukul 10.00 - 12.00, sebanyak 350 siswa akan membentuk sebuah pola (MATAHARI) dengan memegang kertas kuning di atas kepala. Foto dari kegiatan tersebut akan dikirmkan untuk dipajang di New York Square.

Program Action 350 itu bertujuan untuk menggugah kepedulian terhadap pengaruh pemanasan global, membantu menyuarakan seruan masyarakat luas tentangnya, bukan hanya kepada pemimpin negara Indonesia saja, melainkan kepada seluruh pemimpin negara lain.

"Acara ini bukan hanya untuk Jakarta, ataupun Indonesia saja. Melainkan untuk dunia dimana kita berpijak. Bergabung bersama kami, serukan kepedulian ini," kata Rizka.

Kutub Bakal Tak Punya Es



Para peneliti meramalkan, Laut Artik (kutub) akan bebas es pada musim panas dalam satu dekade mendatang. Setelah musim semi berlalu, para peneliti kembali mengukur ketebalan es sepanjang 450 kilometer dengan rute menyeberangi Laut Beaufort. Mereka menemukan sebagian besar es sangat tipis.

Pemimpin ekspedisi dan pakar es lautan dari University of Cambridge, Peter Wadhams, mengatakan, pada musim semi tahun lalu rata-rata ketebalan es hanya 1,8 meter, menandakan usia lapisan itu sekitar satu tahun. Sementara itu, es yang sudah bertahun-tahun sekitar 3 meter.

Tipisnya lapisan tersebut menjadi indikasi penting kondisi memprihatinkan es di Laut Artik. ”Secara sederhana, es tipis itu akan sekejap hilang pada musim es mulai meleleh,” ujarnya. Angin dan arus laut dapat pula memecah es yang tipis itu. Es yang terpecah dan mengapung bebas akan mudah terdorong ke wilayah perairan yang lebih hangat dan mencair. Catlin Arctic Survey dan kelompok konservasi internasional WWF mendukung penemuan tersebut.

Situasi es di Artik tersebut sangat dipengaruhi iklim dan kondisi alam. Kondisi es di Laut Artik kerap pula dikaitkan